DEMAM REMATIK AKUT
1. Demam Rematik Akut (DRA)
A.
Pengertian
Menurut (Lumenta, 2006),
demam rematik akut adalah penyakit peradangan yang terjadi akibat infeksi kuman
Streptococcus, yaitu dapat berupa infeksi tenggorok/faringitis yang disebabkan
oleh streptococcus beta hemolyticus grup A. penyakit ini cenderung berlang dan
dipandang sebagai penyebab penyakit jantung yang didapati pada anak-anak maupun
orang dewasa muda. Demam rematik bisa menimbulkan kelainan pada jantung, sendi,
kulit dan otak. Pada jantung kelainan yang bisa terjadi pada katup-katup
jantung yang disebut penyakit jantung rematik. Penyakit ini menyerang anak pada
usia 6-15 tahun, biasanya timbul 20 hari setelah terjadi infeksi. Infeksi dapat
saja terjadi tanpa ada gejala yang dirasakan.
Menurut (Arvin , Behrman Klirgman, 2000),
streptococcus β-hemolyticus grup A merupakan agen pencetus yang menyebabkan
terjadinya demam rematik akut
C. Patofisiologi
Menurut Corwin
(2007), demam rematik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada
individu 1 sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorok oleh bakteri Streptoccocus beta-hemolitik grup A yang
tidak diobati. Kondisi akut ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian,
jantung, system saraf, dan kulit. Pada beberapa kasus, demem rematik dapat
secara permanen mempengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup
jantung. Demam rematik adalah jenis penyakit yang jarang terjadi, hanya
menyerang 3% penderita infeksi
streptokokus yang tidak diobati. Demam rematik dapat dicegah dengan terapi
antibiotic segera.
Corwin (2007)
menyebutkan bahwa demam reumatik dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi
terutama menyerang anak berusia antara 5 dan 15 tahun. Ada kecenderungan bahwa
individu yang menderita penyakit ini, dan yang mengalami infeksi berulang,
memiliki kecenderungan genetic untuk terserang penyakit ini.
D. Manifestasi
Klinis
Menurut Betz et
al.(2009) mengatakan manifestasi demam rematik berdasarkan kriteria jones yang
direvisi antara lain sebagai berikut:
Manifestasi
Mayor
|
Manifestasi Minor
|
|
|
Dengan adanya riwayat infeksi streptococcus.
|
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Lumenta, 2006), untuk menegakkan diagnosa
diperlukan pemeriksaan penunjang seperti:
1)
Pemeriksaan laboratorium
(uji radang jaringan akut)
2)
Serologis dan
bakterologis
3)
Pemeriksaan
rongten/radiologis
4)
Pemeriksaan Electrocardiography
(ECG)
5)
Pemeriksaan
USG jantung (echocardiography)
F.
Penatalaksanaan
Menurut
(Lumenta, 2006), penatalaksanaan
penderita demam rematik umumnya terdiri dari istirahat/bedrest minimal dua minggu, pemberian antibiotic dan pemberian obat
anti radang.
G. Komplikasi
Menurut
(Arvin, 2000), komplikasi utama demam rematik akut adalah perkembangan penyakit katup
jantung rematik. Tidak ada manifestasi lain yang mengakibatkan penyakit kronis.
Katup mitral paling sering terlibat, tetapi katup aorta dan trikuspidal juga
dapat terkena. Biasanya, katup trikuspidal menjadi terlibat hanya pada
penderita yang menderita penyakit katup mitral dan aorta yang berarti yang
menyebabkan hipertensi pulmonal
H.
Pengkajian
Asuhan Keperawatan
Berdasarkan keterangan
Nelson (2000), data-data fokus yang bisa untuk pengkajian asuhan keperawatan
antara lain:
1)
Data fokus:
a)
Peningkatan suhu tubuh biasanya
terjadi pada sore hari.
b)
Adanya riwayat infeksi saluran
nafas.
c)
Tekanan darah menurun, denyut nadi
meningkat, respirasi meningkat.
d)
Batuk non produktif.
e)
Epistaksis
f)
Nyeri abdomen
g)
Arthralgia
h)
Kehilangan nafsu makan
i)
Kehilangan berat badan
2) Manifestasi
khusus:
Carditis:
a)
Takikardia
b)
Kardiomegali
c)
suara murmur
d)
perubahan suara jantung
e)
perubahan ECG (PR memanjang)
f) Precordial
pain
g) Precardial
friction rub
Polyarthritis
a)
Bengkak persendian, panas,
kemerahan, nyeri tekan.
b)
Menyebar pada sendi lutut, siku,
bahu, lengan.
Nodul subcutaneous:
a)
Bengkak pada kulit, teraba lunak.
b)
Muncul sesaat, pada umumnya langsung
diserap.
c)
Terdapat pada permukaan ekstensor
persendian
Khorea:
a)
Pergerakan ireguler pada
ekstremitas, involunter.
b)
Involunter mimik wajah
c)
Gangguan bicara
d)
Emosi labil
e)
Kelemahan otot
f)
Ketegangan otot bila cemas, hilang
bila istirahat.
Eritema
marginatum:
a) Makula
kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
b) Makula
dapat berpindah lokasi à tidak permanen
c) Makula
bersifat non pruritus
I.
Diagnosa
keperawatan dan Intervensi
Berdasarkan keterangan Doengoes (2000) diagnose
keperawatan yang bisa diangkat pada klien dengan demam rematik akut antara
lain:
1)
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral.
2)
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran
arteri-vena; penurunan aktifitas.
3)
Intoleran aktifitas berhubungan
dengan adanya pembengkakan dan nyeri pada persendian, kelemahan otot, penurunan
curah jantung (ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan)
Intervensi keperawatan
menurut Doengoes (2000) antara lain:
1)
Penurunan curah
jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah jantung
dapat diminimalkan.
Kriteria
hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala gagal
jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas
yang mengurangi beban kerja jantung.
Rencana
intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara
teratur setiap 4 jam.
2.
Catat bunyi jantung.
3.
Kaji perubahan warna kulit
terhadap sianosis dan pucat.
4.
Pantau intake dan output setiap 24
jam.
5.
Batasi aktifitas secara adekuat.
6.
Berikan kondisi psikologis
lingkungan yang tenang.
|
1.
Memonitor adanya perubahan
sirkulasi jantung sedini mungkin.
2.
Mengetahui adanya perubahan irama
jantung.
3.
Pucat menunjukkan adanya penurunan
perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi
sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
4.
Ginjal berespon untuk menurunkna
curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium.
5.
Istirahat memadai diperlukan untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja
berlebihan.
6.
Stres emosi menghasilkan
vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.
|
2)
Gangguan
perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat.
Kriteria
hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang,
akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien
sadar/terorientasi, tidak ada oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Rencana
intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
1.Monitor
perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung, letargi,
pinsan).
2.Observasi
adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi
perifer.
3.Kaji tanda Homan
(nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
4.Dorong
latihan kaki aktif/pasif.
5.Pantau
pernafasan.
6.Kaji fungsi
GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi abdomen,
konstipasi.
7.Pantau
masukan dan perubahan keluaran urine.
|
1.
Perfusi serebral secara langsung
berhubungan dengan curah jantung, dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam
basa, hipoksia atau emboli sistemik.
2.
Vasokonstriksi sistemik
diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi
kulit dan penurunan nadi.
3.
Indikator adanya trombosis vena
dalam.
4.
Menurunkan stasis vena,
meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboplebitis.
5.
Pompa jantung gagal dapat
mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan
komplikasi tromboemboli paru.
6.
Penurunan aliran darah ke mesentri
dapat mengakibatkan disfungsi G, contoh kehilangan peristaltik.
7.
Penurunan pemasukan/mual
terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak
negatif pada perfusi dan organ.
|
3)
Intoleran aktifitas b/d adanya
pembengkakan dan nyeri pada persendian, kelemahan otot, penurunan curah jantung
( ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari,
klien dapat beraktifitas sesuai batas toleransi yang daapt diukur.
Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas,
dengan frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal, kulit hangat, merah
muda dan kering.
Rencana
intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji toleransi pasien terhadap
aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi
istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat,
kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
2.
Tingkatkan istirahat, batasi
aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas senggang
yang tidak berat.
3.
Batais pengunjung atau kunjungan
oleh pasien.
4.
Kaji kesiapan untuk meningaktkan
aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi,
peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.
5.
Dorong memajukan
aktifitas/toleransi perawtan diri.
6.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
(makan, mandi, berpakaian, eleminasi).
7.
Anjurkan pasien menghindari
peningkatan tekanan abdomen, mnegejan saat defekasi.
8.
Jelaskan pola peningkatan bertahap
dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan
tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
|
1.
Parameter menunjukkan respon
fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh
kelebihan kerja jnatung.
2.
Menurnkan kerja miokard/komsumsi
oksigen , menurunkan resiko komplikasi.
3.
Pembicaraan yang panjang sangat
mempengaruhi pasien, naum periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.
4.
Stabilitas fisiologis pada
istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
5.
Komsumsi oksigen miokardia selama
berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
6.
Teknik penghematan energi
menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
7.
Aktifitas yang memerlukan menahan
nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardia,
menurunkan curah jantung, takikardia dengan peningaktan TD.
8.
Aktifitas yang maju memberikan
kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.
|
Gambar :
Daftar Pustaka
Arvin , Behrman
Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC
Betz Cecily L., Sowden Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed. 5.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Brunner
& Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Corwin,
Elizabeth.J.2007.Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta EGC.
Lumenta, Nico A., dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhanya Manajemen Hidup Sehat.Jakarta:
Gramedia
Marylin E. Doengoes, dkk. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Peneribit Buku
Kedokteran EGC.
Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman
Praktik Keperawatan.Jakarta: EGC
Price, Sylvia,dkk. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta EGC
Smeltzer and
Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth
edisi 8 volume 2, Jakarta: EGC
Tucker, S.M, et all .1998. Standar Perawatan Pasien : Proses
Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
demam rematik dapat secara permanen mempengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup jantung....bisa dijelaskan patofnya???
ReplyDeleteterimakasih banyak untuk informasinya, isangat bermanfaat
ReplyDeletesebagai pembanding :
ReplyDeleteDemam Rematik sesuai dengan Pedoman Pelayanan IDAI
http://ppkdokter2014.blogspot.com/2016/12/demam-rematik-akut.html