Glomerulonefritis Akut

Glomerulonefritis Akut


1.    Glomerulonefritis Akut
         A Pengertian
Menurut (Nettina, 2001) glomerulonefritis adalah peradangan dan kerusakan pada alat penyaring darah sekaligus kapiler ginjal (glomerulus). Menurut Engram (1999) Glomerulonefritis adalah sindrom yang ditandai oleh peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen. Sedangkan menurut (Suddarth, 2001) Glomerulonefritis akut adalah istilah yang sering secara luas digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa glomerulonefritis akut adalah peradangan pada glomerulus ginjal yang terjadi secara akut.
      

       B.   Etiologi
Menurut (Nettina, 2001) etiologi dari glomerulonefritis akut adalah:
1)    Kuman streptococcus
2)    Berhubungan dengan penyakit autoimun lain.
3)    Reaksi obat.
4)    Bakteri.
5)    Virus.
       C.   Manifestasi Klinis
Menurut (Betz, Sowden, 2009) manifestasi klinis dari glomerulonefritis akut antara lain:
1)    Nefritis cenderung memilki periode laten kira-kira 10 hari, dan awitan gejala 10 hari setelah awitan awal.
2)    Tanda-tanda awal adalah wajah yang bengkak, edema periorbital, anoreksia, dan urine gelap.
3)    Edema ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari: kemudian menyebar ke abdomen dan ekstremitas disiang hari (edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seseorang yang tidak mengenal anak dengan baik)
4)    Halauran urine berkurang
5)    Urine keruh, berwarna, seperti teh atau cola.
6)    Anak pucat, peka rangsang dan lesu.
7)    Anak-anak yang lebih kecil mungkin tampak sakit, tetapi jarang mengeluh.
8)    Anak yang lebih besar mungkin mengeluh sakit, kepala perut tidak nyaman, muntah, dan disuria.
9)    Mungkin terdapat hipertensi ringan sampai sedang.
         D.   Patofisiologi
Prokferusi seluler (peningkatan produksi sel endotel ialah yang melapisi glomerulus). Infiltrasi leukosit ke glomerulus atau membran basal menghasilkan jaringan perut dan kehilangan permukaan penyaring. Pada glomerulonefritis ginjal membesar, bengkak dan kongesti. Pada kenyataan kasus, stimulus dari reaksi adalah infeksi oleh kuman streptococcus A pada tenggorokan, yang biasanya mendahului glomerulonefritis sampai interval 2-3 minggu. Produk streptococcus bertindak sebagai antigen, menstimulasi antibodi yang bersirkulasi menyebabkan cedera ginjal (Nettina, 2001).
       E.    Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Nettina, 2001) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan glomerulonefritis akut antara lain:
1)    Urinalisis (UA).
2)    Laju filtrasi glomerulus (LFG).
3)    Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum.
4)    Pielogram intravena (PIV).
5)    Biopsi ginjal.
6)    Titer antistrepsomisin O (ASO).
F.    Penatalaksanaan
Menurut (Suddarth. 2001), tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk memulihkan fungsi ginjal dan untuk mengobati komplikasi dengan cepat.
1)    Penatalaksanaan medis
a)    Penisilin untuk infeksi streptokokus residual
b)    Preparat diuretik dan antihipertensif
c)    Pertukaran plasma (plasmaferesis) dan pengobatan dengan obat-obat steroid dan sitotoksik untuk mengurangi respon inflamasi, pada penyakit yang berkembang pesat.
d)    Kadang diperlukan dialysis
e)    Tirah baring selama fase akut sampai urine jernih dan BUN kreatinin, dan tekanan darah kembali normal.
2)    Nutrisi
a)    Diit protein dibatasi pada peningkatan BUN
b)    Narium dibatasi pada hipertensi, edema dan gagal jantung kongestif
c)    Karbohidrat untuk energi dan penurunan protein katabolisme
d)    Cairan diberikan sesuai kehilangan cairan dan berat badan harian(masukan dan halauaran)
     G.   Komplikasi
Menurut (Nettina, 2001) komplikasi yang bisa terjadi pada pasien yang menderita glomerulonefritis akut
1)    Hipertensi.
2)    Dekopensasi jantung.
3)    GGA (Gagal Ginjal Akut).
Sedangkan menurut Betz et al.(2009), saat glomerulonefritis akut berkembamg menjadi kronis, maka dapat terjadi komplikasi sebagai berikut:
1)    Fungsi ginjal yang memburuk
2)    Proteinuria
3)    Edema
4)    Hipertensi
5)    Hematuria
6)    Anemia
7)    Ensefalopati hipertensif (ditandai dengan sakit kepala, muntah, peka rangsang, konvulsi, koma)
8)    Gagal jantung
9)    Penyakit ginjal tahap akhir.
       H.   Pengkajian Asuhan Keperawatan
Menurut Doengoes (2000) data fokus pengkajian klien dengan glomerulonefritis akut antara lain:
1)      Aktivitas/istirahat
a)      Gejala: kelemahan/malaise
b)      Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2)      Sirkulasi
a)   Tanda: hipertensi, pucat,edema
3)      Eliminasi
a)      Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
b)      Tanda:  Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4)      Makanan/cairan
a)      Gejala: peæBB (edema), anoreksia, mual,muntah
b)      Tanda: penurunan haluaran urine
5)      Pernafasan
a)      Gejala: nafas pendek
b)      Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6)      Nyeri/kenyamanan
a)      Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
b)      Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 

    I.      Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Menurut Tucker (1999), diagnosa keperawatan dan intervensi yang muncul pada pasien dengan glomerulonefritis akut adalah sebagai berikut
1)    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi sekunder air dan natrium untuk menurunkan angka filtrasi glomerulus
Intervensi :
a)    Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam.
Rasional : Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan , penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.
b)    Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum
Rasional : Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum merupakan indikasi adanya ascites.
c)    Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila menggunakan tiazid/furosemide.
Rasional : Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan pemberia potassium.
d)    Monitor dan catat intake cairan.
Rasional : Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan intake sodium.
e)    Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine.
Rasional : Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.
f)     Monitor hasil tes laboratorium
Rasional : Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal.

2)    Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan anorexia.
Intervensi  :
a)      Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.
Rasional : Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial.
b)     Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien.
Rasional : Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, memberikan kesempatan bagi klien untuk menikmati makanannya, dengan menyajikan makanan kesukaannya dapat menigkatkan nafsu makan.
c)    Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
Rasional : Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa kasus ginjal tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk membatasi pemasukan cairan.

3)    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue, anemia dan/atau letargi.
Intervensi
a)    Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas.
Rasional : Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat meningkatkan stress pada ginjal.
b)    Sediakan/ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan perkembangan klien.
Rasional : Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah kebosanan.
c)    Buat rencana/tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari.
Rasional : Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya. 



Gambar:

Daftar Pustaka

Arvin , Behrman Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC

Betz Cecily L., Sowden Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed. 5. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth.J.2007.Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta EGC.

Lumenta, Nico A., dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhanya Manajemen Hidup Sehat.Jakarta: Gramedia

Marylin E. Doengoes, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk   Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC.
 Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan.Jakarta: EGC

Price, Sylvia,dkk. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.  Jakarta EGC

Smeltzer and Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Jakarta: EGC

Tucker, S.M, et all .1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

No comments:

Post a Comment

Posting

LAPORAN PENDAHULUAN / TEORI ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PASIEN DENGAN STROKE HEMORAGIE

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PASIEN DENGAN STROKE HEMORAGIE BAB I PENDAHULUAN        A.   Pengertian ...