MENINGITIS
DEFINISI
1. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab tersering dalam meningitis. Bakteri ang dapat menyebabkan meningitis antara lain:
- Haemophillus influenzae, Nesseria meningitides (meningococcal), Diplococcus pneumoniae (pneumococcal), Streptococcus grup A, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas
2. Virus
Virus yang dapat menyebabkan meningitis termasuk enterovirus, herpes
simplex virus tipe 2 (dan kurang umum tipe 1), virus varicella zoster
(dikenal untuk menyebabkan cacar air dan herpes zoster), gondok virus,
HIV, dan LCMV (http://www.news-medical.net/health/Meningitis-Causes-%28Indonesian%29.aspx)
3. Jamur
Jamur penyebab meningitis adalah Cryptococcal Meningitis
4. Protozoa
PATOFISIOLOGI
Bakteri penyabab yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitides (meningococcal). Pada lingkungan yang padat seperti lingkungan asrama, barak militer, pemukiman padat lebih sering ditemukan kasus meningococcal meningitis.
Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :
· Otitis media
· Pneumonia
· Sinusitis
· Sickle cell anemia
· Fraktur cranial, trauma otak
· Operasi spinal
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.
Meningitis Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari berbagai penyakit yang disebabakan oleh virus spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simplex, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
Meningitis Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling serimh, biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai demam atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan sakit kepala, nausea, muntah dan penurunan status mental
KLASIFIKASI
a. Meningitis serosa
Adalah
radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Adalah
radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa (Smeltzer,
2001)
Melalui bercak pernapasan
saat batuk, bersin, berciuman atau kontaminasi dengan kotoran manusia yang
mengandung virus ( sering terjadi saat mengganti popok bayi/balita ), dapat
juga terjadi saat berjabatan tangan dengan penderita, atau karena menyentuh
benda yang pernah disentuh penderita kemudian menyentuh hidung.
a. Menjaga daya tahan tubuh
yang prima ( makanan bergizi, cukup istirahat )
d. Pemberian vaksinasi
terutama pada anak usia dibawah 2 tahun dan pada usia lanjut
MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a)
Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan
paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda
sisi ektremita yang berlawanan.
4.
Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada
cahaya.
5.
Kejang akibat area
fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan
edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya
tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah
dan penurunan tingkat kesadaran.
6.
Adanya
ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda
septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok
dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata (Smeltzer, 2001).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a
Meningitis
bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis
bakteri.
b
Meningitis
virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis
)
3.
LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan
neutrofil ( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine
: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab
infeksi.
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam
melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin
ada indikasi sumber infeksi intra kranial (Doenges, 1999).
KOMPLIKASI
1.
Hidrosefalus
obstruktif
2.
MeningococcL
Septicemia ( mengingocemia )
3.
Sindrome
water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.
SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.
Efusi
subdural
6.
Kejang
7.
Edema
dan herniasi serebral
8.
Cerebral
palsy
9.
Gangguan
mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder. (Rita
& Suriadi, 2001)
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran
infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
3. Hiperthermi berhubungan dengan respon
peradangan pada sistem saraf pusat.
4. Potensial terhadap ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan peningkatan TIK dan depresi fungsi serebral.
5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah.
6. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan
dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
7. Nyeri (akut ) berhubungan dengan
proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan neuromuskuler.
9. Perubahan persepsi sensori sehubungan
dengan defisit neurologis.
10. Ansietas sehubungan dengan krisis
situasi, ancaman kematian.
LAMPIRAN GAMBAR
Lapisan pelindung otak
autopsy specimen of meningitis due to. Streptococcus Pneumoniae
Referensi
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta :EGC
Smeltzer,
Suzanne C & Bare,Brenda G.2001.Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth.
Alih bahasa, Agung
Waluyo,dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment